undefined
undefinedundefined
Hampir dua tahun silam, aku bertemu dengan seseorang
yang wajahnya terasa begitu familiar. Kala itu aku pikir dia kawan baikku
semasa ditanah rantau. Tapi setelah kuseksamai, ternyata bukan. Dan bulan demi
bulan berlalu setelah pertemuan yang terlupakan begitu saja, tak kusangka dia
hadir dilintasan istikharahku, kala seseorang nun jauh di negeri ginseng
mengkhitbahku.
Kala istikharahku tak berujung kata mantab, aku
memutuskan mencarinya. Mencari sosok yang bahkan namanya pun tak kuketahui.
Suatu keputusan tak berlogika memang. Kota kecilku terasa menjadi kota yang
begitu besar karena berbulan-bulan aku tak juga menemukan sosoknya.
Hingga akhirnya Allah mempertemukan kami dengan
skenario yang sungguh tak pernah aku duga. Bahkan hingga saat ini rasanya masih
takjub dengan cara Allah mempertemukan kami, meskipun pada akhirnya pertemuan
itu berhenti pada titik ini. Tapi tak mengapa. Aku sendiri yang meminta
pertemuan itu terjadi. Aku masih ingat isi doaku “ Duhai Rabb, jika pertemuan
kami membawa kebaikan, pertemukan kami. Tapi jikalau pertemuan kami tak membawa
kebaikan apapun, maka jangan pernah ijinkan kami bertemu”.
Jadi kalaupun pertemuan itu pada akhirnya berhenti
pada titik ini, bagiku tak mengapa. Karena ada banyak pelajaran hidup yang
dapat aku petik dari pertemuanku dengannya. Ada banyak kebaikan hidup yang aku
pelajari dari pertemuan dengannya. Dan semoga dia pun mendapat banyak kebaikan
dari pertemuan kami yang memang sudah dirancang Allah sedemikian rupa. Tak
perlu ada yang patut disesali. Bukankah daun yang jatuh tak pernah membenci
angin. Mengajarkan diri untuk menerima segala bentuk takdir-Nya adalah bagian
dari upaya untuk semakin memahami kehendak Illahi Rabbi. Termasuk rasa takjub
yang masih membekas dihati. Bukankah dengan demikian, harusnya membuat aku
semakin yakin, bahwa kelak pertemuanku dengan seseorang yang namanya sudah
tertulis ribuan tahun silam di Lauhul Mahfudz pasti akan jauh lebih
menakjubkan. Maka yang harus aku lakukan hanyalah tetap taat pada syariat-Nya,
menanti sang pangeran syurga dengan ketaatan. Agar kelak pertemuan dengannya
nanti adalah pertemuan yang diberkahi, yang kelak membawa ribuan kebaikan bukan
hanya untukku dan untuk sang pangeran syurga, tapi juga membawa kebaikan bagi
yang lainnya. Agar kelak ketika pintu halal dibukakan, bobot bumi bertambah
dengan kalimat-kalimat tauhid yang kami perjuangkan bersama-sama demi menggenapi separuh dien yang sudah
diikrarkan.
Tak mengapa bila aku harus melalui episode kehilangan
ini. Tak mengapa, jikalau kehilangan ini kelak mempertemukan aku dengan engkau
yang memang ditakdirkan untukku. Tak mengapa, jikalau kehilangan ini membuatku
semakin berupaya mawas diri agar kelak tak salah mengenalimu dipertemuan kita
nanti. Dan sebagaimana diriku kini berupaya, semoga engkau pun kala ini sedang
berupaya untuk senantiasa dalam ketaatan, menanti saat perjumpaan itu dengan
sepenuh-penuh ketaatan. Semoga pula tegaknya Ad-Dien menjadi cita-cita
perjuanganmu. Agar kelak saat Allah halalkan rindu kita, hidup kita tak melulu
antara aku dan engkau, tapi juga tentang mereka. Mereka yang belum mengenal
keindahan di bawah naungan dien-Nya, dibawah naungan keberkahan dan
ridho-Nya. Allahumma Aamiin.
Setiap kali kumerindukanmu..
Kugantungkan satu lagi bintang penunjuk
Agar kau tak tersesat pulang kepadaku..
Setelah perpisahan kita ribuan tahun silam
Perpisahan yang melintasi dimensi berbeda
Agar kelak saat yang Allah janjikan tiba nanti..
Langit selamanya benderang untukmu..
Dan kita menyatukan kembali janji yg pernah terurai
dibawah naungan cinta-Nya..
(Spesial untuk pangeran syurga- ku.Wherever you
are,whoever you are,,siapapun engkau yang Allah takdirkan menjadi partner
berjuangku meraih syurga dan ridho-Nya, doaku senantiasa menyertai langkah
perjuanganmu. Semoga,,semoga,,semoga,,,Allah senantiasa membimbingmu juga aku
tentunya...selalu dan selamanya,,,Aamiin Ya Rabb..Ya Mujiib,,,)
Best Regard,
.::RahmahArchivienna::
Bumi Holland-allo, 08:21PM
0 Responses
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)