undefined
undefinedundefined
Dalam setiap pilihan hidup, seorang mukmin beristikharah pada Allah. Tetapi shalat istikharah itu hanyalah satu tahapan saja, sebagian dari tanda kepasrahannya kepada apa yang dipilihkan Allah bagi kebaikannya. Untuk dunia, agama, dan akhiratnya. Istikharah yang sesungguhnya dimulai jauh sebelum itu; dari rasa taqwa, menjaga kesucian ikhtiar, dan kepekaam dalam menjaga hubungan baik dengan Allah.
Ketiga segala sebelumnya dijalani dengan apa yang diatur-Nya, maka istikharah adalah saat bertanya. Pertama tentang pantaskah kita dijawab oleh-Nya. Yang kedua, seperti apa jawab itu. Yang ketiga beranikah kita untuk menerima jawab itu. Apa adanya. Karena itulah sejujur-jujur jawaban. Di situlah letak furqaan, kepekaan khas orang bertakqwa.
Karena soalnya bukanlah diberi atau tidak diberi. Soalnya, bukan diberi dia atau diberi yang lain. Urusannya adalah tentang bagaimana Allah memberi. Apakah diulurkan lembut dengan cinta, ataukah dilempar ke muka penuh murka. Bisa saja yang diberikan sama, tapi rasa dan dampaknya berbeda. Dan bisa saja yang diberikan pada kita berbeda dari apa yang diharap hati, tapi rasanya jauh melampaui. Disitulah yang kita namakan barakah.
Di jalan cinta para pejuang, ada taqwa yang menjaminkan barakah untuk kita. (Ustadz Salim A. Fillah)
Best Regard,
.::RahmahArchivienna::
Bumi Holland-allo, 06:21 am)
Share
Bumi Holland-allo, 06:21 am)
0 Responses
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)