undefined
undefinedundefined

Oleh : Taufik Ismail
Ketika rumah-rumah diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu,
serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku,
meneteskan peluh merah dan debu yang berdarah ,
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan
Lalu di Tel Aviv dimasukan dalam fail lemari kantor agraria,
serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa yang dirampas mereka,
Ketika kiblat pertama mereka geret dan keroki bagai kelakuan reptilian bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki kita semua,
serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-quran 40 tahun silam,
di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku
**Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka
menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang didzalimi mereka // -tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qaseem, Harun Hasyim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jkarta, jantung kami semuaberdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu seritamu,
Darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
'Allahu Akbar'
Dan
'Bebaskan Palestina'
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta,
Menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatilla, mengintai Yasser Arafat, ahmad yassin dan semua pejuang negeri anda, akupun berseru pada khatib imam jum'at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah
'la quwwata illa bilLah!'
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukurkilometer beribu-ribu
Tapi adzan Masjidil Aqsha begitu merdu terngiang-ngiang di telingaku
Share
Ketika rumah-rumah diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu,
serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku,
meneteskan peluh merah dan debu yang berdarah ,
Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan
Lalu di Tel Aviv dimasukan dalam fail lemari kantor agraria,
serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa yang dirampas mereka,
Ketika kiblat pertama mereka geret dan keroki bagai kelakuan reptilian bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki kita semua,
serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-quran 40 tahun silam,
di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku
**Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka
menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang didzalimi mereka // -tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qaseem, Harun Hasyim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jkarta, jantung kami semuaberdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bambu seritamu,
Darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi
'Allahu Akbar'
Dan
'Bebaskan Palestina'
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta,
Menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatilla, mengintai Yasser Arafat, ahmad yassin dan semua pejuang negeri anda, akupun berseru pada khatib imam jum'at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah
'la quwwata illa bilLah!'
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukurkilometer beribu-ribu
Tapi adzan Masjidil Aqsha begitu merdu terngiang-ngiang di telingaku
NB : dibacakan rampak pada AKSI Sebait Cinta untuk Palestina yang digagas FLP Bandung, FSLDK Bandung Raya, PSR, KAMMI daerah Bdg, BEM se-Bdg Raya dan Pers Mahasiswa...

---ADZKIA---
Bdg_Red Area_06:06:10
---ADZKIA---
Bdg_Red Area_06:06:10
0 Responses
Posting Komentar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)